Mengalah=Kalah
Tidak mengerti apa yang
dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kesabaran tinggi dan menganggap semua
nya berlalu dan tidak perlu diambil pusing. Pernahkah terlintas di pikiran
mereka untuk menyelesaikan semuanya secara tuntas tanpa mengandalkan buah
kesabaran. Terlepas dari ajaran agama yang mengharuskan manusia untuk bersabar,
mereka berkata “buah kesabaran akan manis rasanya”. apakah semua benar?, lalu
bagaimana dengan orang-orang yang selalu berdoa, bekerja keras, tetapi mereka
tetap tidak mendapatkan buah yang manis dari hasil sabar dan kegigihannya,
apakah ini disebut takdir?.
Sabar=mengalah=takut=kalah,
sabar atau kalah?, ambil contoh ketika terjadi pertengkaran dua orang, salah
satu diantara mereka merasa lelah karena terus bertengkar dengan masalah yang
sama sehingga dia mengalah dan berkata “ya sudahlah saya yang salah dan saya
minta maaf”, apakah dengan kejadian tersebut berarti orang tersebut mengalah
dan dinyatakan kalah?. Lalu, bagaimana dengan kejadian selanjutnya ketika
terjadi lagi hal yang sama “ya sudahlah saya yang salah dan saya minta maaf”,
terus terjadi sampai berulang-ulang, ini sebetulnya kejadian apa?, karena orang
tersebut punya kesabaran yang tinggi atau kita sebut mengalah demi kedamaian.
Akan tetapi, benarkah jauh dilubuk hatinya ia merasa damai dengan sikap sabar,
sabar, dan sabar.
Bukankah seharusnya
semua permasalahan diselesaikan secara tuntas?, jika semua masalah terjadi
seperti itu bukankah secara jasmani dan rohani semua manusia akan sehat dan
mungkin tidak ada lagi orang yang terkena penyakit jantung, struk atau bahkan
sakit jiwa. Ya Tuhan andai saja orang yang tidak pernah mengalah bisa membaca
hati dan perasaan dari “sang penyabar”, mereka pastinya mengerti apa yang kita
inginkan sehingga tidak ada lagi pertengkaran yang dilakukan karena melakukan
kesalahan yang sama dan tidak ada lagi kekecewaan dalam perasaan karena tidak
pernah terungkap.Kita mengalah bukan
karena takut, tetapi karena lelah harus selalu mengingatkan perilaku yang tidak
kita sukai terjadi terus menerus. Walaupun, agama mengajarkan sesama manusia
harus saling mengingatkan. Ingatlah dan pandanglah kami sebagai manusia biasa
yang tidak mungkin mengikuti ajaran agama dan mencontoh perilaku nabi 100%,
sekalipun ia adalah seorang ulama.